Hidup Itu Adil, Tapi Jangan Mengharapkan Keadilan

Subject: Menghapus persepsi ‘Hidup tidak Adil’ demi Membangun Semangat Hidup
From the desk of Amhar Maulana Arifin.


Sebagai pembukaan dari artikel ini, saya akan jelaskan terlebih dahulu maksud dari judulnya.

Pengertian dari ‘hidup itu adil’ adalah pernyataan bahwa Allah telah menganugerahkan keadilan bagi umat manusia. Tidak ada orang di dunia ini yang penderitaannya lebih banyak daripada bahagianya, juga tidak ada orang yang selalu bahagia tanpa penderitaan. Setiap manusia memiliki kadar kebahagiaan dan penderitaan yang seimbang. Allah telah menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangannya untuk saling melengkapi. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, ada yang berbakat menulis, berbicara, olah raga, dan lain-lain. Selain itu kadarnya pun bisa berbeda. Ada yang kadar ketampanannya tinggi, ada pula yang kadarnya rendah. Semuanya itu adalah keadilan Allah yang harus kita syukuri. Sering kali orang kaya membutuhkan orang miskin, orang pintar merasa lengkap jika bersama orang bodoh, Dan lain sebagainya.

Kalimat yang kedua: ‘Tapi jangan mengharapkan keadilan’. Maksud kata keadilan disini adalah keadilan yang dalam perspektif manusia. Seringkali orang memandang hidup tidak adil karena perbedaan kondisi. Ada orang yang dilahirkan kaya, ada orang yang dilahirkan miskin, ada orang yang dilahirkan dengan IQ yang tinggi, ada juga yang dilahirkan dengan IQ rendah. Carlos Slim, Bill Gates, dan Amancio Ortega adalah orang-orang terkaya di dunia, sedangkan sebagian orang sulit untuk mencari uang bahkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka, jika memandang kehidupan dengan persepsi seperti ini, janganlah mengharapkan keadilan. Sampai kapanpun hidup tidak akan adil jika dilihat dalam perspektif seperti itu.

Jadi dalam pembahasan ini, keadilan hidup diartikan menjadi dua, keseimbangan antara kesulitan dengan kemudahan, dan perbedaan keadaan manusia yang diukur dari tingkat kelebihan dan kekurangan. Jika merujuk pada definisi yang pertama, maka hidup itu adil. Sedangkan jika mengacu ke definisi kedua, hidup itu tidak adil. Dan definisi yang benar adalah definisi yang pertama. Jika yakin dengan definisi kedua, maka janganlah berharap keadilan datang dengan sendirinya, butuh usaha untuk mengubahnya sehingga keadaan lebih baik.

Jika ada anggapan hidup itu tidak adil karena ada orang yang memiliki nasib lebih baik. Cobalah untuk hidup menyendiri. Mengasingkan diri dan melupakan ingatan tentang manusia di sekitar. Apa yang akan terjadi? Justru hidup semakin sulit. Ini membuktikan bahwa manusia yang memiliki keadaan berbeda diciptakan untuk saling melengkapi, karena kita makhluk sosial. Itulah keadilan Allah.

Maka, walaupun hidup sering dianggap tidak adil (jika mengacu definisi kedua), setidaknya kita perlu tahu bahwa hidup itu dinamis dan progresif. Belum tentu orang yang dilahirkan dengan kecerdasan tinggi akan berprestasi di sekolahnya. Sering terjadi orang yang memiliki kecerdasan pas-pasan tapi punya kemauan keras bisa menjadi bintang kelas. Banyak orang yang mampu untuk menjadi penemu lampu pijar, tapi hanya ada satu Thomas Alfa Edison. Banyak orang memiliki potensi untuk menjadi bina raga, tapi hanya satu Ade Rai. Begitulah hidup, jika kita bisa memanfaatkan kesempatan dan menyelesaikan tantangan, tentu kita akan berada di tingkatan yang lebih baik.

Maka jika masih ada anggapan hidup tidak adil, so what? janganlah menunggu ‘keadilan’ tersebut datang. Kejarlah kesuksesan agar anda menjadi pemenang. Allah telah memberikan kita wewenang (di bawah wewenangnya) untuk merubah nasib kita. Maka yang perlu dilakukan adalah berjuang untuk merealisasikannya. Setelah itu serahkan semuanya pada Allah, karena bagaimanapun, wewenang kita merubah nasib berada di bawah wewenangnya. Setelah itu bersiaplah, Allah sudah menyiapkan reward yang besar bagi anda di dunia maupun di akhirat atas ikhtiar, doa, dan tawakkal yang telah anda jalankan.

Hidup itu adil, tapi jangan sampai ada hasrat untuk memperoleh keadilan. Bergerak dan berusahalah, karena tidak ada lagi yang dimiliki manusia selain apa yang ia usahakan, dan sesungguhnya hasil dari usahanya tersebut akan terlihat.

Respectfully,
Amhar