Tips Merancang Tujuan dengan Kriteria SMARTEST

From the desk of Amhar Maulana Arifin
Subject: Cara Membentuk Goal yang Cerdas



Menentukan tujuan adalah cara terbaik untuk memotivasi diri, meneguhkan hati, bahkan memberikan stimulus bagi orang lain untuk bergerak maju. Menentukan tujuan merupakan pembentukan visualisasi masa depan lalu membentuk keyakinan bahwa impian di masa depan tersebut dapat diraih dengan menjalani paket track yang telah terancang baik.

Sayangnya, banyak sekali tujuan-tujuan yang telah dicanangkan tidak bisa direalisasikan dengan sempurna. Bahkan sebagian tidak bisa dijalankan sama sekali. Sehingga pada esensinya, tujuan tersebut hanya sekedar khayalan. Akhirnya bukan sekedar kegagalan yang diperoleh, tetapi putus asa, depresi, dan rendah diri sebagai outcome atas tujuan yang tidak cerdas.

Agar tujuan bukan sekedar ilusi belaka, maka kita butuh tujuan cerdas dengan membangunnya berlandaskan kriteria yang terangkum dalam “SMART”. Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar kriteria SMART dalam berbagai seminar, presentasi, maupun buku-buku motivasi. Kriteria SMART ini pertama kali digunakan pada sekitar akhir abad ke 20 dan saat ini digunakan dalam berbagai bidang.

Tetapi penulis melengkapi kriteria SMART menjadi lebih komprehensif yaitu SMARTEST, kriteria ini melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada di kriteria SMART. Maka pada artikel ini penulis akan berbagi dengan pembaca tentang SMARTEST Criteria. Kriteria yang benar-benar menakjubkan dan apabila direalisasikan akan menciptakan tujuan yang dapat dengan mudah dicapai.

SMARTEST kriteria adalah singkatan dari Specific (spesifik), Measurable (Terukur), Attainable (Bisa dicapai) Relevant (relevan), Timely (Terukur waktu), Evaluated (Terevaluasi), Significant (Signifikan), Trackable (Terkendali). Setiap kriteria ini saling terkait satu sama lain, bahkan bisa jadi suatu kriteria yang mensyaratkan kriteria lainnya. Tapi intinya, ketika konsep SMARTEST ini diaplikasikan, penulis yakin, setiap tujuan anda kemungkinan besar bisa dicapai.

1. SPECIFIC (SPESIFIK)

Tujuan yang spesifik akan lebih mudah dicapai karena kita benar-benar mengenali apa yang benar-benar kita inginkan. Kegagalan sering terjadi ketika seseorang membuat tujuan yang terlalu universal dan tidak spesifik. Contohnya, Tujuan mempublikasikan paper di journal standar internasional. Jika bentuk tujuannya hanya seperti itu, bisa jadi hanya ada kemungkinan 10% untuk berhasil dan 90% untuk gagal. Tujuan tersebut masih terlalu universal sehingga bisa memunculkan banyak penafsiran. Tujuan tersebut masih mengambang, memang bisa memotivasi di awal, tapi di perjalanan motivasi itu akan cepat lenyap. Tujuan tersebut begitu buram sehingga muncul banyak sekali alternatif yang mengakibatkan kita bimbang harus memilih yang mana. Maka kita perlu membuat tujuan yang benar-benar clear sehingga bisa dicapai.

Tujuan yang spesifik adalah tujuan yang memenuhi syarat 5W 1H. Kita ambil tujuan yang tadi penulis contohkan. Mari sekarang kita analisis menggunakan 5W 1H. what? Mempublikasikan paper tentang urgensi penerapan Islamic eco-ethicis sebagai landasan filosofis diseminasi ekonomi hijau, Where? Dipublikasikan di jurnal “nama jurnal” edisi 12, when? Misalkan Agustus 2014,  why? Urgensi ide yang dipaparkan juga untuk aktualisasi diri, who? Tuliskan pihak-pihak yang berkaitan dengan tujuan ini, How? Tuliskan bagaimana proses dan cara agar bisa merealisasikan goal tersebut. Semakin rinci tujuan, maka semakin baik. Rumus 5W 1H bisa membantu dalam membangun tujuan yang spesifik.

2. MEASURABLE (TERUKUR)

Buatlah kriteria yang bisa diukur sehingga anda bisa menganalisis proses pencapaiannya. Tujuan yang terukur bagaikan mengenali jarak antara posisi anda sekarang dengan posisi tujuan yang akan dituju. Selain jarak, yang perlu anda ketahui adalah seberapa besar tujuan anda tersebut. contohnya, ketika mempunyai tujuan mempublikasikan paper di jurnal internasional, kenali seberapa jauh jarak antara keadaan anda sekarang dengan tujuan tersebut, apakah mempublikasikan paper tersebut di bulan agustus memungkinkan seiring dengan keadaan kita sekarang? Apakah mampu meningkatkan self-capability untuk bisa menulis paper yang sesuai dengan standar jurnal internasional hingga Agustus? Apakah tujuan tersebut terlalu besar atau terlalu kecil?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa diaplikasikan dalam proses pencapaian tujuan. Dengan mengenali “berapa besar” dan “berapa jauh” maka tujuan kita akan terukur.

3. ATTAINABLE (BISA DICAPAI)

Tujuan yang bisa dicapai adalah tujuan yang sebenarnya, sedangkan tujuan yang tidak bisa dicapai adalah khayalan tingkat tinggi. Tetapi “khayalan tingkat tinggi” pun bisa berubah menjadi attainable  goal jika kita memiliki solusi tepat untuk merealisasikannya. Maka yang terpenting bukan seberapa tinggi tujuan tersebut, tapi seberapa besar kemungkinan kita untuk mencapainya dengan strategi yang kita miliki. Contohnya, tujuan mempublikasikan paper di jurnal internasional, mungkin bisa jadi itu adalah hal yang mudah bagi sebagian orang juga bisa jadi merupakan khayalan tingkat tinggi bagi sebagian lagi. padahal kadarnya sama: Paper yang dipublikasikan di jurnal internasional. Yang membedakan, bagi orang yang merasa itu adalah khayalan tingkat tinggi, alangkah baiknya untuk merubah tujuan tersebut. merubah tujuan bukan berarti menghapuskannya, tapi kita bisa merubahnya menjadi tujuan yang sebenarnya dengan membangun strategi ampuh sehingga walaupun sebelumnya itu adalah khayalan tingkat tinggi, juga bisa direalisasikan dengan sebundel usaha dan doa kita.

4. REALISTIC (REALISTIS)

Hampir senada dengan attainable, tujuan yang realistis adalah tujuan yang tidak buram dan ada kemungkinan bisa dicapai. Tujuan yang buram adalah tujuan yang masih mengambang (tidak spesifik) dan terlalu tinggi (tidak attainable), selain itu, tujuan yang tidak realistis adalah tujuan yang tidak ditemukan solusi atau langkah-langkah yang tepat untuk merealisasikannya. contoh tujuan yang tidak realistis, saya ingin berlari sejauh 12 KM dalam waktu 1 detik sekarang. Jika merasa bahwa hal tersebut bisa dilakukan, maka tujuan tersebut realistis, tapi jika merasa tujuan tersebut tidak bisa dilakukan, maka tidak realistis. Bagi penulis pribadi hal tersebut tidak realistis, tapi jika anda bisa membuktikan bahwa tujuan tersebut bisa dilaksanakan, maka tujuan tersebut adalah realistis.

5. TIME-BOUNDED (TERBATAS WAKTU)

Tujuan yang baik adalah tujuan yang terikat waktu, banyak orang yang membuat tujuan tanpa batasan waktu sehingga kadang mengambang dan lama diselesaikan, akhirnya tujuan tersebut tidak bisa diselesaikan dengan cepat karena tidak ada batasan waktu. Maka benar seperti yang dikatakan orang bijak bahwa waktu bagaikan pedang. Dan perumpamaan ini juga sangat berlaku bagi para goal setters. Menentukan tujuan tanpa mengindahkan aspek waktu bagaikan melawan hukum alam. Ketika kita berusaha untuk merealisasikan tujuan, kita bergerak dari satu titik ke titik lainnya, dengan demikian ada jarak dan ada waktu, agar tujuan bisa dicapai dengan sempurna, kita targetkan kapan seharusnya kita mencapai tujuan tersebut.

6. EVALUATED (DIEVALUASI)

Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa dievaluasi, evaluasi ini bisa dilakukan dalam proses perencanaan tujuan, ketika di tengah perjalanan pencapaian tujuan, bahkan ketika kita mencapai tujuan tersebut. mengevaluasi tujuan sebelum memulai perjalanan memungkinkan kita menganalisis kembali apakah ada kekurangan maupun kesalahan dari tujuan kita tersebut, mengevaluasi tujuan di tengah perjalanan memungkinkan kita mengetahui beberapa pencapaian dan penyimpangan yang kita lakukan selama proses pencapaian tujuan, juga mengevaluasi tujuan ketika tujuan tersebut telah dicapai memungkinkan kita menganalisis kembali tentang makna dari tujuan tersebut. dengan evaluasi kita bisa mengenal beberapa kelebihan dan kekurangan atas tujuan-tujuan kita. Juga kita bisa mengambil banyak makna dari hasil evaluasi tersebut.

7. SIGNIFICANT (PENTING)

Tidak bisa diragukan lagi, tujuan haruslah penting sehingga kita tidak menyia-nyiakan waktu dan tenaga untuk memperolehnya. Tujuan yang penting, ketika direalisasikan akan memberikan banyak manfaat, berbeda dengan tujuan tidak penting, ketika direalisasikan yang terjadi hanya penyesalan juga waktu dan tenaga yang sia-sia. Maka dibandingkan menyia-nyiakan sumber daya, alangkah baiknya mengidentifikasi urgensi dari tujuan kita sejak awal perencanaan, sehingga kita bisa benar-benar memastikan bahwa tujuan yang kita bangun adalah penting.

8. TRACKABLE (DAPAT DILACAK)

Kriteria yang terakhir adalah trackable, Maksudnya tujuan yang harus bisa dilacak dan dikendalikan prosesnya. Bahkan ketika kita dalam perjalanan pencapaian tujuan tersebut, kita mengetahui dimana posisi terkini kita sehingga kita bisa mengenali seberapa jauh jarak yang tersisa antara diri kita dengan tujuan dan seberapa jauh jarak yang telah berhasil kita tempuh. Apabila tidak bisa dilacak, ada kemungkinan bagi kita untuk kehilangan arah dalam perjalanan pencapaian tujuan, bahkan bisa tersesat dalam maze pencapaian tujuan dan akhirnya menyerah. Dengan demikian, tujuan yang baik haruslah trackable sehingga kita bisa mengidentifikasi arah yang harus dituju demi mencapai tujuan tersebut.

Demikian tips membangun tujuan berdasarkan SMARTEST criteria, penulis harapkan SMARTEST kriteria bisa menjadi acuan anda dalam proses perencanaan tujuan. See you!

Respectfully,

Amhar Maulana Arifin